Senin Prapaska II

March 9, 2020

Dan 9:4b-10
Mazmur : Mzm 79:8.9.11.13
Injil : Luk 6:36-38

Masa Prapaska adalah masa yang baik untuk pertobatan. Pertobatan banyak dimengerti sebagai menyesali dosa kesalahan yang dilakukan, mengakukannya dan berusaha tidak mengulang dan dilengkapi dengan memenuhi penitensi yang diberikan. Ini pertobatan moralistis.

Gereja mengajak pertobatan eksistensial dan integral. Hal ini dapat diungkapkan dengan posisi tubuh dengan segala keberadaannya yang menghadap ke Barat, misalnya sebagai gambaran kehidupan yang kita hayati. Seluruh diri kita diwarnai dengan pandangan, pertimbangan duniawi. Pertobatan mengajak kita untuk membalikkan seluruh badan kita menjadi menghadap ke Timur. Ini sebagai gambaran kita mengalihkan penghayatan seluruh hidup kita hanya pada Allah: seluruh, pandangan, perspektif dan pertimbangan hanya didasarkan pada Allah dan kehendakNya. Inilah yang disebut “metanoia”.

Pertobatan seperti ini hanya akan terjadi kalau kita berani rendah hati. Kerendahan hati -menurut St. Vinsensius- adalah kemauan menganggap dirinya lemah, tidak berarti, mau diejek-ejek direndahkan, tidak dianggap, diberi bagian yang jelek-jelek, dsb. Keberanian menerima dan mengakui hal ini di hadapan sesama akan mempermudah kita melakukan hal ini di hadapan Allah. Inilah yang diteladankan oleh Daniel dari bacaan pertama.

Yesus lebih positif. Ia mengajarkan kita agar murah hati. Kemurahan hati adalah tindakan keluar, memberi kepada orang lain. Kehilangan. Ajakan ini sulit, karena kecenderungan kita adalah masuk ke dalam, mencari untuk mendapatkan; memiliki dan menumpuk sebagai harta milik.
Ingat prinsip iman barang siapa kehilangan justru akan memperoleh, mendapatkan, bahkan bisa seratu kali ganda. Tetapi siapa yang takut kehilangan, apalagi menumpuk justru akan kehilangan; bahkan apa pun yang ada padanya akan diambil.

Mari kita belajar bertobat. Mengarahkan pandangan kita pada Allah dan kehendakNya. Mari bermurah hati baik kepada Allah maupun kepada sesama.