Senin Pekan Biasa XXIX
October 19, 2020
Ef. 2:1-10
Mazmur: Mzm. 100:2.3.4.5
Injil: Luk. 12: 13-21
Jangan Demi Mengejar Dunia Melupakan Allah
Romo Jerome Kodell, SDB menulis dalam buku tafsir Lukas 12: 13-21 “Orang kaya kaya itu sebenarnya miskin di hadapan Allah. Ia menimbun hartanya tetapi lupa untuk membagikan hartanya bagi orang lain. Sebenarnya membagikan harta kepada orang lain adalah kekayaan yang sebenanrnya”. Bekerja adalah sebuah cara untuk memperoleh harta. Banyak orang berlomba-lomba untuk produktif. Penghasilan sebagai tolak ukur kesuksesan. Orang disebut sukses jika harta melimpah. Bahkan semua hal diukur dengan angka yang tersemat dalam selembar kertas yang disebut uang.
Setiap hari manusia menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari uang. Bahkan ada sebuah meme di Internet “Hidup untuk bekerja atau bekerja untuk Hidup”. Sedemikian sibuknya terkadang dalam mengurusi pekerjaan, kita lupa akan hal-hal lain di kehidupan. Demi alasan pekerjaan keluarga, teman-teman, kesehatan dan Tuhan harus dikorbankan. Seolah-olah semua itu tidak penting, yang utama adalah bekerja dan menumpuk harta. Lalu apakah harta itu yang membawa pada keselamatan?
Telah kita baca tulisan Rm. Jerome Kodell bahwa orang kaya dalam Injil hari ini adalah orang yang sangat miskin. Dia menumpuk semua hartanya demi memuaskan jasmaninya. Dia berseru kepada jiwanya “makanlah, beristirahatlah dan bersenang-senanglah”. Namun, matilah dia dan harta itu tidak berguna. Tuhan tidak melarang orang untuk menjadi kaya di dunia, tetapi Dia mau agar kita juga kaya di hadapanNya. Jika kita kaya di hadapan Allah maka keselamatanlah yang kita dapatkan.
Bagaimana menjadi kaya di hadapan Allah? St. Vinsensius de Paul adalah orang kudus yang selalu mengajarkan bagaimana menjadi orang kaya di hadapan Allah. Ada 5 jalan menjadi orang kaya di hadapan Allah yaitu kesederhanaan-rendah hati-kelembutan hati-mati raga-semangat berkarya kasih. Kesederhanaan berarti hidup dengan tidak menonjolkan kelebihan kita, tidak megharapkan pujian dari orang lain dan setulus hati mengikuti arahan Tuhan. Rendah hati berarti menyadari diri bahwa sebenarnya segala hal yang ada pada diri kita adalah milik Tuhan. Kelembutan hati maksudnya sabar dan lembut dalam bersikap kepada orang lain. Mati raga adalah aspek yang sangat terkait pada bacaan hari ini, yaitu tidak melekat terhadap apa yang kita cintai. Seperti kebanyakan orang mereka mencintai harta sebagai tolok ukur dalam kehidupan, tetapi orang yang sungguh kaya adalah orang yang tidak terikat dengan semua itu. Dia mampu menyangka bahwa itu adalah milik Tuhan. Terakhir, karya kasih adalah puncak dari jalan menuju keselamatan.
Mengapa orang kaya itu dianggap miskin? Karena dia tidak membagikan apa yang dia miliki. Dia menukar Allah demi harta. Maukah kita menjadi manusia yang seperti itu? Demi harta yang fana ini kita kesampingkan banyak hal. Kita tidak mau membantu yang membutuhkan. kita tidak mau lepas dari harta kita. Ingatlah bahwa ketika meninggal semua itu hanya sia-sia. Allah adalah yang utama dan pertama. (Nerivika Wulandari, Mahasiswa Pastoral Sekolah Tinggi Agama Katolik Negri Pontianak)