Senin Pekan Biasa II
January 20, 2020
1 Samuel 15: 16-23; Markus 2: 18-22
Minggu yang lalu kita merenungkan tentang panggilan Saul dan Lewi (Matius): panggilan adalah keyakinan bahwa Tuhan menghendaki sesuatu dari setiap orang. Keajegan orang menanggapi keyakinan itulah panggilan. Lewi menjadi teladan kita, meskipun dia tergolong tidak layak secara kriteria manusiawi. Sebaliknya Saul memenuhi persyaratan dan kriteria manusiawi, tetapi hari ini nyata sekali bahwa ia menurut, menanggapi keinginannya sendiri. Maka Samuel mengatakan “Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Tuhan telah menolak engkau sebagai raja”.
Kita bisa belajar agar kita tidak jatuh seperti Saul. Maka kita perhatikan pola penolakan yang ada pada Saul. Kalau kita perhatikan jawaban Saul terhadap teguran Samuel, kita jadi ingat apa yang terjadi di Taman Firdaus, ketika Allah mendatangi dan menanyai Adam dan Hawa yang bersembunyi setelah makan buah pohon yang dilarang Allah. “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kej 3: 12). Demikian juga jawaban Hawa atas pertanyaan Allah: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan”. Inilah pola keberdosaan yang diungkapkan lewat cerita tentang kejatuhan manusia dalam dosa. Saul pun mengikuti pola itu, “Aku memang mendengarkan suara Tuhan! Aku telah mengikuti apa yang disuruhkan Tuhan kepadaku. …. Tetapi rakyatlah yang mengambil jarahan itu:….. maksudnya mau dipersembahkan kepada Tuhan, Allahmu di Gilgal”. Maka Samuel pun menyatakan “Camkanlah pendurhakaan itu sama seperti dosa bertenung dan kedegilan itu sama seperti menyembah berhala”.
Pola keberdosaan adalah orang mengikuti kehendaknya sendiri (dan mengabaikan kehendak Allah), mencari pembenaran pada apa yang dilakukan dan mengarahkan kesalahan pada orang lain. Andaikata Saul mau mengakui dan berbalik, ceritanya pasti akan berbeda. Karena, Allah menghendaki hati yang remuk redam, hati yang penuh penyesalan dan bukan persembahan. Mari kita melihat diri kita kalau-kalau kita memiliki pola keberdosaan dalam diri kita, maka mari segera kita luruskan supaya kita tidak kehilangan panggilan kita. Penyesalan dan pertobatan kita pasti berkenan kepada Allah karena Ia menghendaki hati yang remuk redam.