Senin Advent Ketiga

December 13, 2022

Bilangan 24: 2-7.15-17a; Matius 21: 23-27

Imam-imam Kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi mempertanyakan kuasa Yesus dalam melakukan penyembuhan dan pengampunan dosa. “Gugatan” ini hanya didasarkan atas rasa penasaran belaka dan bukan karena dorongan ingin mengalami daya dari kuasa itu. Tentu mereka akan merasa “gengsi” karena dorongan itu mengandaikan mereka mempercayai bahwa Yesus adalah Mesias. Akibatnya, alih-alih mereka mengalami mukjijat dan belas kasih ilahi, kejahatan mereka malah terkuak: mereka tidak mampu menjawab pertanyaan Yesus, “Dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?”.

Manusia dipenuhi oleh rasa penasaran (curiosity), termasuk hal-hal rohani, hal-hal ilahi, ya termasuk Yesus sendiri. Tapi ada dasar dan landasan rasa penasaran kita? Inilah yang membedakan orang beriman atau tidak. Gereja Katolik mensyaratkan Filsafat untuk mempelajari Theologi, supaya kita bisa mempertanyakan Allah dan seluruh kehidupanNya. Namun Filsafat yang hidup adalah yang membawa orang semakin mengenal Allah dengan lebih baik dan dengan demikian imannya pun semakin mendalam.

Kita dipanggil untuk melakukan hal itu: mempertanyakan tentang Allah dalam rangka mengenal Allah dengan lebih baik lagi. Supaya iman kita pun makin mantap.