Selasa Pekan Biasa XI
June 17, 2020
1Raj 21:17-29
Mazmur : Mzm 51:3-4.5-6a.11.16
Injil : Mat 5:43-48
Ketika Yesus memberikan dagingNya, pada hari Minggu Tubuh dan Darah Kristus, Ia mengacu pada ke-manusia-anNya yang memiliki keterbatasan; tapi tanpa kejahatan. Daging, Tubuh, adalah baik. Menjadi jahat karena pergeseran paradigma dan persepsi kita sampai akhirnya apa yang berkaitan dengan daging itu memperbudak kita. Nafsu seksual, kerakusan, ambisi menikmati fasilitas yang mengenakkan, memperbudak diri kita. Kejahatan inilah yang terjadi pada raja Ahab. Keserakahannya membuat ia tidak peka akan cara kotor yang dilakukan istrinya, kekejian membiat Nabot mati dirajam batu; bahkan ia terseret oleh kepercaraan istrinya pada penyembahan berhala.
Elia dipanggil Tuhan untuk menyadarkan Ahab. Ahab sadar dan menyesali perbuatannya. Ia pun melakukan ritus pertobatan. Ada dua hal yang mendukung pertobatan Ahab, 1) ia mau merendahkan dirinya; ia mau merasakan ketidak-berartian dirinya di hadapan Tuhan. 2) ia menggunakan kesadaran. Ia tidak hanya mengenakan kain kabung bahkan sampai tidurnya; tetapi ia juga berjalan lamban. Banyak hal kita lakukan secara otomatis: mernafas, berjalan, berbicara, beribadat, dsb. Dengan berjalan lamban, Ahab mau menggunakan kesadarannya untuk mengendalikan diri. Ia memerintahka otak -kesadarannya- untuk memerintahkan kaki kiri mengangkat, menjulurkan ke depan dan menapakkan kaki ke tanh; ia memerintahkan mengangkat kaki kanan, menjulurkan ke depan dan menapakkan ke tanah, begitu seterusnya.
Dengan menggunakan kesadaran, kita bisa membiasakan hal-hal baik. Selama di seminarium internum, kami dikatih menginternalisir dalam bulan tertentu keutamaan tertentu. Kita dilatih untuk secara sadar menanamkan keutamaan tertentu pada bulan tertentu. Kiranya dengan kesadaran ini pula Yesus menginginkan kita menyempurnakan diri kita, supaya dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, kita mengusahakan diri untuk menjadi sempurna seperti Bapa di Surga sempurna adanya.
Kita belajar dari Ahab: melakukan metanoia continua… meninggalkan kejahatan dan selalu berusaha menyempurnakan diri terus menerus.