Selasa Pekan Biasa VI
February 19, 2020
Yak 1:12-18
Mazmur : Mzm 94:12-13a.14-15.18-19
Injil : Mrk 8:14-21
Ada suatu “scene” yang menarik perhatian dalam perikop Injil hari ini. Para murid menafsirkan ajaran Yesus untuk berjaga-jaga terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes sebagai reaksi Yesus atas ketidakadaan roti pada mereka: “Itu dikatakanNya karena kita tidak mempunyai roti!”. Atas hal ini, Yesus menanggapi dengan menegaskan kepada mereka bahwa ketiadaan roti itu bukan masalah bagi Yesus. Kalau toh Ia menginginkan, Ia bisa mengusahakan. Lalu Yesus mengingatkan mereka akan fakta-fakta yang telah terjadi dengan pertanyaan RETORIS, yang tidak memerlukan jawaban. Apa reaksi para murid? Mereka memberi jawaban dan sepertinya semprotan Yesus atas kedegilan dan ketidakperhatian mereka, tidak memberi pengaruh apa-apa pada mereka. Mengapa ini terjadi?
Ada perbedaan level antara para murid dengan Yesus. Para murid menjadikan makanan sebagai hal utama dalam hidup mereka, sehingga mereka memproyeksikan hal itu pada diri Yesus ketika tidak ada roti. Sebenarnya mereka gelisah karena tidak ada roti pada mereka. Mereka takut jangan-jangan mereka akan kelaparan, akan pingsan karena terlambat makan. Tetapi sebaliknya, Yesus sudah tidak berada pada level itu; Ia mengajak para murid keluar dari diri mereka dan memperhatikan apa yang ada di luar mereka dan meresponse keadaan itu, “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes”.
Kita tidak perlu mentertawakan para murid, karena bisa jadi kita pun -seperti para murid- masih berada di level “perut”: kita beriman karena ingin memperoleh rejeki, ingin memperoleh kesembuhan, ingin memperoleh teman-teman yang bisa mendukung dan membantu kebutuhan jasmaniku, dsb. Mari kita mengusahakan untuk meningkatkan level hidup rohani kita, supaya kita sungguh-sungguh bisa menunjukkan kehidupan rohani itu dalam pengalaman nyata kehidupan kita.