Selasa Paska II-A

April 24, 2020

Kisah Para Rasul 4: 32-37; Yohanes 3: 7-15

Kemarin kita merenungkan bahwa tanda orang yang dipenuhi Roh Kudus, lahir dari Roh Kudus ialah kalau ia dipenuhi dengan kasih. Namun kasih yang seperti apa? Orang tua memukul anaknya dengan mengatakan bahwa ini dilakukan karena mereka mengasihi anaknya. Jemaat mengadili seseorang dengan seribu satu caci maki; segala argumen untuk merendahkan dan memojokkannya tanpa bisa mengelak. Jemaat ini juga bisa mengatakan semua ini dilakukan karena mereka mengasihi orang tersebut. Benarkah ini kasih?

Pertanyaan ketidak-jelasan itu juga terjadi pada Nikodemus atas ajaran Yesus tentang kelahiran baru (dalam Roh Kudus) itu: “Bagaimana mungkin hal itu terjadi?” Yesus menohok orang-orang Yahudi seperti Nikodemus yang terpelajar dengan kenyataan bahwa mereka tidak “nyandak”, tidak bisa menjangkau pembicaraan-pembicaraan tentang yang ilahi, yang rohani. Mereka menuntut dan membutuhkan yang konkret, yang nyata, yang lebih tertentu, yang lebih spesifik. Maka Yesus mengarahkan mereka kepada Pribadi yang adalah Anak Manusia yang harus ditinggikan di kayu salib. Dengan demikian, sekarang kita bisa melihat kasih itu lebih konkret lagi. Ketika kita diajak mengampuni 70x7x, maka setiap kali kita mengampuni kesalahan sesama, kita sudah mempraktekkan kasih itu; dan dengan demikian kita menghayati Roh Kudus. Ketika kita mampu lemah lembut, berbicara dengan pilihan kata yang bisa menyejukkan hati lawan bicaranya, kita menjalankan kasih. Maka kita pun menghidupi ROh Kudus. Ketika kita mampu menjadi rendah hati; berani untuk tidak dihargai dan diperhitungkan, kita mempraktekkan kasih secara konkret; dan dengan demikian kita juga menghayati Roh Kudus.

Kita diajak oleh Yesus untuk mengasihi musuh kita dan mendoakan dan memberkati mereka yang mengejar-ngejar dan menganiaya kita. Bahkan bila perlu demi kebaikan yang kita sayangi, kita korbankan nyawa kita. Tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang rela memberikan nyawa bagi sahabatnya. Ini adalah praktek kasih yang paling ngetop. Dan hanya orang yang dipenuhi Roh Kudus mampu mempraktekkan hal ini.

Mari kita mengkonkretkan kasih dengan melakukan apa yang diajarkan dan apa yang diteladankan oleh Pribadi yang ditinggikan di kayu salib.