Selasa Minggu Advent Keempat
December 21, 2022
Yesaya 7: 10-14; Lukas 1: 26-38
St. Vinsensius mengajarkan kami 5 keutamaan seorang misionaris yang diumpamakan seperti 5 batu yang dipakai oleh Daud untuk mengalahkan Goliat. Salah satunya adalah “simplisitas” (dari kata Yunani “syn” dan “plex“: satu lapis saja) yang diterjemahkan dengan kesederhanaan. Kalau diuraikan artinya adalah satunya apa yang ada di pikiran atau di hati dengan apa yang dikatakan atau dikerjakan. Semua dilakukan dengan satu tujuan, melayani Tuhan, memuliakan Tuhan; tidak boleh dicampuri dengan keinginan-keinginan lain (“duplex“, “triplex” atau bahkan “multiplex“.
Bagi kami yang terbiasa dengan praktek keutamaan ini, adalah menyakitkan kalau orang mengatakan A misalnya, tetapi yang dipraktekkan adalah B; atau orang mengatakan tentang X tetapi sebenarnya yang dimaksudkan dan diinginkan adalah Y.
Inilah yang terjadi pada Allah terhadap Ahas. Ahas diminta untuk meminta suatu tanda, tetapi dia mengatakan “Tidak mau mencobai Allah”. Pernyataan ini mau mengatakan kalau dia sudah percaya penuh kepada Allah sehingga tidak perlu Allah membuktikannya; tidak perlu meminta suatu tanda.
Tetapi apa kenyataannya? Dia tidak menunjukkan sikap yang begitu percaya kepada Tuhan. Ia malah menunjukkan kepercayaannya kepada bangsa lain. Maka kegeraman Allah atas praktek semacam itulah yang semakin mempercepat Allah mewujudkan janji keselamatanNya.
Kita diajak untuk menghayati simplisitas dalam iman kita. Kalau kita percaya dan yakin pada Allah, mari kita tunjukkan hal itu dalam tindak tanduk dan perilaku kita sehari-hari. Secara sama, marilah kita menunjukkan perilaku hidup orang beriman, keyakinan kepada Allah ketika kita mengaku diri sebagai orang yang beriman kepada Allah.