Selasa Advent Pertama
November 29, 2022
Yesaya 11: 1-10; Lukas 10: 21-24
Beberapa Kitab dalam Kitab Suci itu bernada sastra Utopia: penggambaran suatu keadaan ideal, yang nampaknya tidak masuk akal, tetapi bisa terjadi. Utopia inilah yang menghidupkan suatu pengharapan; utopia inilah yang menggerakkan orang untuk bekerja mewujudkannya.
Apa yang dikatakan Yesaya dalam Bacaan I adalah suatu Utopia: bagaimana domba tinggal bersama dengan serigala? Bagaimana bayi bermain-main dekat liang ular tedung? Utopia ini akan terwujud ketika Roh Tuhan ada pada tunas yang keluar dari tunggul Isai, Anak Daud. Ketika Putera Manusia meraja atas semesta alam dan manusia.
Yesus mengucap Syukur bahwa yang mampu mengenali kehadiran Allah adalah mereka yang sederhana, yang tidak menggunakan rasionya untuk merasionalisasi banyak hal; tetapi yang benar-benar menggunakan hatinya dalam kesederhanaan. Maka mari mengembangkan hati; mari hidup dalam kesederhanaan.
St. Vinsensius mengajarkan kami satu dari lima keutamaan, simplistas, Haiti bahwa kita perlu menampakkan sikap hidup yang “simplex”, satu lapis saja: kalau “ya” katakan “ya”, kalau “tidak” katakan “tidak”; apa yang ada di mulut itulah yang ada di dalam hati dan pikiran, dan sebaliknya.