Sabtu Pekan Biasa V

February 19, 2020

1Raj 12:26-32;13:33-34
Mazmur : Mzm 106:6-7a.19-20.21-22
Injil : Mrk 8:1-10

Self-defence mechanism. Setiap orang memiliki apa yang disebut dengan self-defence mekanisme, mekanisme pembelaan diri. Sikap ini merupakan kecenderungan untuk menghindar atau menolak kalau ada sesuatu yang bakal memberi beban, tanggungan, kesulitan dan keribetan bagi dirinya. Sikap ini akan semakin tertanam kuat dalam diri orang yang memiliki sikap pesimistis dan skeptis.

Inilah yang terjadi atas para murid ketika Yesus mengungkapkan bahwa hatiNya tergerak oleh belas kasihan terhadap orang-orang yang telah mengikutinya selama beberapa hari. Mereka mencari alasan yang memang berdasar fakta bahwa tempat mereka jauh dari pertokoan atau tempat makan. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang ada pada mereka bisa menjadi awal suatu tindakan besar. Mengapa? Karena pesimisme mereka: bagaimana mungkin 7 roti bisa dibagikan kepada sekian banyak orang.

Dengan menggunakan 7 roti itu Yesus lalu mengucap syukur dan memecah-mecahkannya, memberikannya kepada para murid, yang lalu membagi-bagikannya. Kita bisa membayangkan bahwa setiap cuilan roti akan mengembang menjadi besar untuk bisa dicuil lagi. Inilah mukjijat!!! Tapi kita tidak perlu sampai membayangkan yang begitu. Doa syukur Yesus dan tindakan Yesus memecah-mecah roti itu menggerakkan orang-orang yang membawa bekal untuk berani mengeluarkan bekalnya dan memberikan dan membagikan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Lalu jadilah sisa 7 bakul roti.

Kita merenungkan: bisakah hal itu terjadi pada masa ini? Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kiranya masyarakat kita bisa membuat hal itu terjadi kalau menghayati dua kata kunci dalam cerita/perikop tadi, yaitu MEMBERI dan MEMBAGI. Kita harus berani memberi dan membagi apa yang kita miliki, seberapa pun, kepada orang-orang yang ada di sekitar kita.