Sabtu Pekan Biasa I
January 18, 2020
1Sam 9:1-4.17-19;10:1a
Mazmur : Mzm 21:2-3.4-5.6-7
Injil : Mrk 2:13-17
Bacaan-bacaan hari ini tentang “panggilan”: Saul dan Lewi. Seorang pembimbing rohani pernah mengajukan pertanyaan yang mengejutkan “Apakah panggilan dari Allah itu ada?” Benar juga. Siapa yang pernah mengalami Allah memanggil seseorang dengan jelas?
Tetapi apakah itu penting? Soal panggilan bukan soal “cara yang dipakai Allah memanggil manusia”. Ini adalah soal keyakinan kita bahwa Allah memberi kesempatan hidup untuk sesuatu. Inilah panggilan itu. Maka yang penting adalah sikap, response kita terhadap hidup dan panggilan itu. Inilah yang membedakan Saul dan Lewi kalau kita mau belajar.
Saul dipilih atas restu Allah dari pertimbangan ia memenuhi kriteria manusiawi (seperti kebanyakan orang memasang kriteria-kriteria primer, fisik): dari keluarga berada, lebih tinggi dari semua pemuda seusianya, elok, kerja keras, advonturir yang berani menantang resiko, dsb. Ketika diurapi Samuel tugas Saul adalah setia pada panggilan (restu) Allah, melaksanakan tugas ilahi (theokrasi yang harus dilakukan seorang raja, monarkhi; lihat perikop sebelumnya). Tetapi kita tahu apa yang terjadi selanjutnya pada Saul.
Berbeda dengan Saul, Lewi (yang juga disebut Matius). Ia dikategorikan sebagai pendosa karena berkhianat pada bangsanya sendiri karena mengabdikan kemampuan, waktu, hidup dan bahkan kemampuan strategis nya untuk bangsa penjajah. Di mata umum, dia tidak mempunyai dan masuk kategori orang yang pantas mengikuti panggilan Tuhan. Tapi dia mau meninggalkan kehidupan lamanya; dan nanti kita tahu kesetiaannya mengikuti Yesus, kedekatannya dengan Yesus, sehingga ia merekam pengalaman-pengalaman ini; yang kumpulannya kita kenal sebagai Injil Matius. Kitab itu sangat membantu kita mengenal Kristus. Hal ini terjadi karena Lewi (Matius) meresponse terus-menerus panggilan Kristus. Ia menghayati secara aktif dan terus menerus panggilan itu.
Gereja mengajar bahwa setiap manusia dipanggil Tuhan untuk ikut serta mewujudkan panggilan Allah. Bukan persoalan, bagaimana Allah memanggil kita. Persoalan kita ialah bagaimana kita meresponse terus menerus panggilan Allah itu. Mari kita meneladan Matius yang setia terus menerus menghayati panggilan itu dengan meresponse positif.