Sabtu Paska II-A

April 26, 2020

Surat Pertama Rasul Petrus 5: 6b-14; Markus 16: 15-20

Pesta Santo Markus, Pengarang Injil

Salah satu yang sering dikomentari pada orang Katolik -apalagi bila dibanding dengan saudara-saudari kita Protestan- kekurang-militan. Hal ini nampak dari penampilan dalam doa spontan. Kecenderungan orang Katolik ialah menolak dan mempersilahkan Suster atau Imam untuk berdoa. Kalau di lingkungan mereka ada apa-apa, misalnya orang sakit atau orang dianggap kerasukan setan, maka mereka memanggil imam; tidak ada yang berinsiatif mendoakan mereka. Apalagi kalau harus berhadapan dengan orang yang perlu diberi warta gembira. Orang Katolik cenderung takut dan mengambil jarak.

Mengapa hal ini terjadi, padahal Yesus memberikan tanda-tanda kepada orang yang percaya dengan hal-hal yang luar biasa: minum racun tidak apa-apa; menumpangkan tangan bisa membuat orang sembuh? Tetapi mengapa mereka menunjukkan kekurang-percayaan mereka?

Saya menyebutnya dengan “gagal fokus”. Banyak orang Katolik tidak menyadari untuk apa dibaptis. Bisa jadi mereka dibaptis untuk memperoleh sepetak tanah di pekuburan Katolik; bisa jadi supaya kalau meninggal dirawat, dilayani dan didoakan oleh Gereja (keluarga tidak usah repot-repot). Bisa jadi fokus mereka adalah gengsi. Berdoa di gereja Katolik tidak rumit. Hadir, duduk dan mengikuti sikap liturgis sudah cukup. Tidak usah ikut menjawab, bahkan di gereja sambil buka hp, juga nyaman-nyama saja; maka dipilihlah agama Katolik.

Bagi mereka yang fokus pada kekatolikan dan sadar akan perutusan, ikut aktif dalam kegiatan; tapi bisa jadi juga gagal fokus. Mereka sangat bergembiran dan berbahagia dalam pelayanan, karena mendapatkan teman; karena bisa mengisi instagram atau facebook dengan foto-foto yang membuat orang memberikan ibu jari kepada kita. Atau kita menginginkan memperoleh karunia untuk mendoakan; dengan kesembuhan orang yang kita doakan, kita memperoleh kelegaan, kepuasan dan jaminan bahwa kita telah dekat dengan Allah. Apalagi kalau kita sudah mampu “berbahasa Roh” (“language of the tongue” sebenarnya; “ngomyang rohani”). Sepertinya semua itu yang dicari.

Rasul Santo Markus mengingatkan kita akan fokus panggilan kita. Itu semua adalah tanda-tanda yang menyertai. Tetapi yang utama dalam panggilan kita sebagai murid-murid Kristus adalah “Pergilah ke seluruh dunia; beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Kita diutus untuk “PERGI”, keluar dari kenyamanan diri kita, dari keinginan untuk tenar dan mencari kepuasan. Kepergian kita dimaksudkan untuk “MEMBERITAKAN KABAR GEMBIRA”; memberikan kegembiraan, membuat orang bersorak gembira, membuat orang merasa nyaman dan bahagia. Kita tidak diutus bergosip, berdebat, mengadili dan menilai baik buruknya orang. Tidak! Tetapi -sekali lagi- kita diutus (fokus kita ialah) Pergi dan Beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

Mari kita mengembalikan fokus kita; dan yang lain-lain akan diberikan kepada kita sebagai tambahan.