Sabtu Minggu Advent Keempat

December 24, 2022

2Samuel 7: 1-5. 8b-12.16; Lukas 1: 67-79

Ada alasan bagi Zaharia untuk “mogok” karena -dengan istilah orang jaman sekarang-” luka bathin” yang disebabkan oleh “hukuman” (?) dari Allah: bertahun-tahun doanya tidak didengarkan dan dikabulkan oleh Allah; berita pengabulan disampaikan pada saat keputusasaan, karena secara duniawi dan manusiawi kehamilan istrinya yang sudah uzur tidak memungkinkan lagi. Kejengkelan, kemarahan dan keputusasaannya justru mengakibatkan kebisuannya, sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, apalagi dalam dunia yang menonjolkan semangat “ngomong” ini. Maka inilah luka bathin yang dideritanya; dan normal lah kalau ia mogok!

Tetapi anehnya Zakharia malah memiliki semangat dan kemampuan untuk bernubuat tentang anaknya. Apa yang terjadi pada Zakharia? Ia memanfaatkan 9 bulan kebisuannya untuk menengok ke dalam dirinya; mengintrospeksi diri: apa yang salah pada dirinya? Apa yang perlu dikoreksi? Apa yang bisa membuatnya hidupnya lebih dinamis? Lebih produktif? Lebih berguna bagi banyak orang?

Ia membuka diri terhadap rahmat Allah. Ia menemukan energi untuk menghayati cinta kasih Allah baik kepada dirinya maupun kepada dunia, jauh lebih berarti daripada menghabiskan energi untuk memikirkan dirinya sendiri. Dengan rahmat itu, ia mampu mengubah luka bathinnya, “hatred“-nya menjadi kemampuan untuk mencintai, “loving” (bdk. Film “Les Miserables“).

Mungkin banyak dari kita mengalami apa yang dialami Zakharia, mengalami kemariahan, kejengkelan, keputusasaan, luka bathin, dsb. dan seringkali gagal “move on”, karena lebih memusatkan perhatian hanya pada keadaan itu. Kita senang merasa di tempat yang nyaman itu. Kita diajak belajar dari Zakharia, menetapkan hati untuk keluar dari zona nyaman itu, dan mencoba menemukan zona lain yang lebih menantang, melewati jalan lain yang ditunjukkan Allah (ssttt…. dan tetap jalan yang tidak jelas…. lewat mana? seperti apa? nanti di jalan ada apa?)…. Selamat Menyongsong Natal…