Sabtu Advent Ketiga

December 17, 2022

Kejadian 49: 2.8-10; Matius 1: 1-17

Ada 3 kali 14 keturunan dari Abraham sampai pada Yesus. Apa maksud Matius menuliskan daftar nama-nama tokoh yang menjadi leluhur Yesus? Matius mau mengungkapkan bahwa Kristus yang adalah Allah itu “menetap dalam kehidupan manusia” (Immanuel). Dia yang ilahi masuk dalam kehidupan dunia. Maka riwayat tokoh-tokoh itu (their story) akhirnya menjadi suatu History (His story): sejarahAllah itu menyejarah, bahkan sampai sekarang.

Dari Abraham sampai Yesus ada 42 keturunan (3×14 keturunan). Benarkah? Tolong hitung baik-baik… Saya menemukan hanya ada 41 garis keturunan…. Apakah ini suatu kesalahan? Apakah wahyu Allah salah -seperti sering dituduhkan banyak pihak-? Kiranya Matius sengaja mencantumkan 41 keturunan, supaya orang bertanya “yang satunya mana?” Matius pun akan menjawab…”Namamu lah yang harus ada di situ!”. Dalam benak Matius, kita lah yang harus “melahirkan”, “menghadirkan Yesus pada jaman ini.

Kita bisa menghindar dengan mengatakan bahwa kita tidak pantas, kita tidak memiliki kemampuan, hidup kita secara moral buruk, dsb. Mari kita melihat Yehuda yang diagung-agungkan kehebatannya dalam Bacaan I. Tapi apa yang dikatakan Matius, “Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar”. Kenapa dikatakan dengan jelas “dari Tamar”, adakah yang lain? Yehuda menikahi anak orang Kanaan (Syua) dan memiliki tiga anak Er, Onan dan Syela. Bagi Er diambil Tamar sebagai istri; tetapi Er pun meninggal sebelum memiliki anak; maka sesuai dengan hukum Yahudi, adik Er, Onan harus menikahi Tamar. Ia pun mati tapa meninggalkan anak. Maka Tamar harus dinikahi oleh Syela yang masih kanak-kanak. Karena takut mengalami kematian yang sama dengan dua anaknya yang pertama, maka Tamar pun untuk sementara dikirim ke rumah ayahnya.

Namun meskipun sudah dewasa, Syela pun tidak segera mengambil Tamar sebagai istri. Maka ketika ada kesempatan Yehuda pergi ke Timna, Tamar pun menanggalkan pakaian kejandaannya, bertelekung dan berselubung dan duduk di pintu masuk ke Enaim. Yehuda yang melewati jalan itu, menghampirinya dan mengandunglah Tamar, yang akhirnya harus dinikahi oleh Yehuda.

Apakah ulah Yehuda lebih pantas dari kita? Atau apakah hidup kita lebih amoral daripada Yehuda? Romo Aristanto MSF mengungkapkan tentang komunitas yang menaruh perhatian pada hidup perkawinan bahwa “sering orang yang jahat, busuk, berdosa yang bertobat, dipakai Allah untuk mentobatkan orang berdosa”.

Kiranya apa pun keadaan kita -sepanjang kita mau bertobat- dipakai, dipanggil oleh Allah untuk melahirkan, menghadirkan Kristus di masa ini.