Renungan Sabtu Advent III

December 21, 2019

Kidung Agung 2: 8-14; Lukas 1: 39-45

Kata melonjak itu sekelas dengan melompat-lompat; biasanya disertai dengan kata sorak sorai, bergirang, sukacita. Inilah yang muncul sebagai kekasih Allah. Inilah yang muncul ketika Yesus sudah hadir dan tampil di tengah-tengah manusia (Bacaan Injil): mereka yang sedih tersenyum dan tertawa, mereka yang lumpuh melompat kegirangan sambil bersorak-sorai. Inilah sebenarnya hakekat iman akan Kristus yang diwadahi dalam Agama Katolik.

Namun seringkali iman ini dirasakan berat, membebani, orang menampakkan rona wajah datar, bahkan seringkali wajah sedih atau penuh kemarahan, kejengkelan. Hal ini terjadi seringkali karena Allah dipersepsikan sebagai Allah yang menghukum dan bukan Allah yang murah hati. Allah dianggap sebagai Allah yang memberikan hukum yang harus ditaati untuk mendapatkan berkah dan hukuman kalau ia melanggar. Allah adalah hakim atas kehidupan manusia.

Kita diajak untuk bersorak-sorai, melompok-lompak dan melonjak-lonjak karena Penyelamat kita sudah datang; karena Penebus kita datang; karena Pembebas kita sudah datang. Kita dijakanNya sebagai orang-orang merdeka yang berhak untuk mengambil keputusan pribadi.