Renungan Sabtu Pekan Biasa XXVIII-2

October 17, 2020

Lukas 12: 8-12

Iklan di media sosial seringkali memberi sugesti kepada penonton. Dan memang banyak penonton yang percaya. Misalnya saja satu minyak merek tertentu; minyak ini dipromosikan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Kalau pembeli meyakininya maka daya penyembuh minyak itu bisa terwujud. Pengakuan orang akan sesuatu atau seseorang akan memungkinkan terwujudnya daya dan kekuatan dari sesuatu atau seseorang.

Dalam jalan pikiran seperti itulah, pernyataan Yesus “Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, akan diakui pula oleh Anak Manusia di depan para malaikat Allah.” dicatat oleh Lukas. Lukas menghubungkan kalimat itu dengan peringatan yang diberikan oleh Yesus, “Apabila kalian dihadapkan kepada majelis atau pemerintah, atau penguasa, janganlah kalian kuati bagaimana dan apa yang harus kalian katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kamu katakan”. Bagaimana hal ini diterangkan?

Pada awal-awal perjalanan tahun Liturgi, kita diajak menghayati Proklamasi yang dilakukan oleh Allah terhadap Anak Tunggalnya pada saat dibaptis di Sungai Yordan dan pada saat naik ke atas gunung, “Inilah PuteraKu yang terkasih, dengarkanlah Dia”. Yesus adalah Anak ALlah, seorang Pribadi dengan segala wibawa dan kuasa Allah. Maka daya keallahanNya akan benar-benar terwujud ketika orang menerima, mengakui dan meyakini Anak Manusia, yang tampil dalam pribadi Yesus itu. Karena itu ketika orang sampai harus berurusan dengan majelis atau pemerintah atau penguasa; maka daya keallahan Yesus akan terwujud dengan hadirnya Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang akan memberikan jawaban kepada orang tersebut sehingga si penanya tidak akan mampu lagi memberikan jawaban. Romo Mangun semasa hidupnya getol untuk mengadvokasi penduduk sekitar daerah Kedung Ombo yang akan dijadikan kedung raksasa. Ia pernah bercerita bahwa ia sempat dihalang-halangi oleh aparat yang dimanfaatkan oleh penguasa untuk menjaga daerah itu, supaya tidak ada oknum dari luar yang dapat mempengaruhi mereka. Romo Mangun tidak memiliki kekuatan dan kuasa untuk melawan mereka. Tetapi karena beliau melaksanakan misi kemanusiaan yang adalah juga misi kristiani, maka dia tidak pernah menyerah dengan keadaan ini. Ketika beliau dihadang dan dihalang-halangi oleh aparat keamanan, beliau pun bertanya “Saya melaksanakan sila kedua Pancasila, mengapa kamu menghalang-halangi?” Dengan pertanyaan itu, beliau pun diperkenankan untuk menemui penduduk Kedung Ombo. Siapa yang memberi beliau kata-kata itu? Inilah mungkin contoh dari perikop di atas.

Maka, marilah kita benar-benar mengakui dengan mulut kita dan mempercayai dengan hati Yesus di hadapan manusia, supaya semua martabat, daya, kemampuan keallahanNya dapat kita rasakan dalam kehidupa sehari-hari. Dengan demikian, iman bukan hanya soal yang abstrak, tetapi iman benar-benar menjadi hidup dalam kehidupan kita, dalam kehidupan manusia.