Renungan Pesta St. Stefanus (26/12)
December 28, 2019
Kisah Para Rasul 6: 8-10; 7: 54-59; Matius 10: 17-22
Sering terjadi bahwa orang senang pada segala sesuatu hanya di awalnya saja. Orang Jawa bilang “rubuh-rubuh gedang”, ramai ketika di awalnya saja, setelah itu tidak terdengar apa-apa. Ungkapan lain disebut dengan semangat “krupuk”, ketika baru digoreng, ia “renyah”, kalau dimakan berbunyi; tetapi ketika kena angin, dia tidak berbunyi apa-apa, malah cenderung alot.
Hal ini tentu memprihatinkan kalau terjadi pada bidang iman. Orang berani mengimani Kristus hanya di awal-awal saja, ketika suasananya enak. Yesus mengatakan bahwa untuk mengikuti Dia, orang harus memanggul salib dan menderita seperti Dia. Inilah yang diteladankan oleh St. Stefanus yang kita rayakan pada hari ini. Ia menunjukkan konsistensi dan kesetiaannya dalam mengikuti Kristus. Sekalipun harus menderita bahkan kehilangan nyawa, dia tetap setia mendeklarasikan imannya akan Kristus.
Kita dipanggil untuk meneladan St. Stefanus ini, karena hanya dengan bertahan sampai akhir, sampai kesudahannya, kita akan selamat.