Renungan Pesta Para Kanak-kanak Suci (28/12)
December 28, 2019
1 Yohanes 1: 5- 2: 2; Matius 2: 13-18
Perayaan Ekaristi kita hari ini mengajak kita untuk menerima kenyataan diri kita: apakah kita mau menerima kenyataan bahwa diri kita adalah pendosa. Kalau tidak, kita adalah pembohong, menipu diri kita sendiri dan Sabda Allah, kebenaran Allah, absent dari kehidupan kita. Maka dalam kerangka cerita Injil, kita bisa merefleksikan manakah yang menonjol pada kita selama ini: menjadi seperti Herodes yang dengan pedang kejinya memberangus kehidupan? Ataukah, seperti Yusuf, kita berani mengusahakan keselamatan dan memelihara kehidupan. Memberangus kehidupan bisa kita lakukan dalam arti sesungguhnya: kita memiliki pengalaman membunuh (benih-benih kita buang begitu saja; janin yang tidak kita kehendaki dibuang; kita melakukan pembunuhan); tetapi juga bisa kita lakukan secara kiasan: kita mematikan karir pasangan kita, kita mematikan masa depan dan cita-cita anak-anak kita, karena kita yang menentukan segala-galanya; kita mengatur jodoh anak-anak kita; kita memfitnah dan memberi label buruk pada orang sehingga secara sosial ia tidak diterima.
Kita tidak perlu takut mengakui semua keberdosaan itu, karena kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus. Ia bukan mendamaikan dosa kita saja tetapi juga dosa manusia seluruh dunia. Ketika kita didamaikan itulah, maka peran kita harus berbalik arah, yaitu memelihara dan mempromosikan kehidupan. Pertama-tama kita syukuri kehidupan kita; selanjutnya kita mengusahakan agar sesama kita pun memiliki hidup. Kita lakukan hal ini sesuai dengan kemampuan kita.