Renungan Kamis Pekan XXX-2

October 29, 2020

Lukas 13: 31-35

“Sungguh, rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi!”

“Rumah” dalam perikop ini adalah kota Yerusalem yang diramalkan Yesus. Dalam refleksi kita, “rumah” ini bisa memang kota kita, bisa rumah tinggal kita atau bisa pribadi kita. Maka akan seperti apakah “rumah kita”? Akan ditinggalkan orang dan menjadi sunyi? Ataukah akan didatangi orang-orang dan menjadi ramai sekali? Hal ini tergantung pada sikap kita kepada Kristus.

Lukas mempunyai dua cara menuliskan kota “Yerusalem”. Pertama dengan “Ierosalim”, sebuah kota yang dipenuhi dengan kezaliman; dipenuhi dengan nafsu membunuh -seperti yang terjadi pada Herodes-, ditandai dengan sikap iri, dengki, kebencian, dsb. Suatu kota yang benar-benar menolak kehadiran Kristus.

Cara kedua adalah “iero solima” atau “iero syalom”, kota yang dipenuhi dengan berkat, rahmat. Hal ini terjadi ketika orang “mengundang Allah datang”, membiarkan Allah tinggal di dalam “rumah kita’ dan memberikan karakteristik pada “rumah kita” itu.

Sekali bagaimana dengan “rumah kita” apakah ini Yerusalem sebagai “ierosalim”, karena kita memberontak pada Allah, mengingkari dan menolak Dia? ataukah kita menjadi “Iero Solima”, “Iero Syalom” karena kita menerima Allah dan membiarkan Dia tinggal menetap dalam “rumah kita”?