Renungan Kamis Advent III
December 19, 2019
Hakim-hakim 13: 2-7.24-25a; Lukas 1: 5-25
Ada ungkapan bahwa “Gratia supponit naturam” yang artinya Rahmat itu terjadi pada sesuatu yang alamiah. Itu berarti Peristiwa Allah itu terjadi pada peristiwa-peristiwa manusia biasa. Inilah yang terjadi pada Manoah dari Bacaan I dan Zakharia pada Bacaan Injil. Mereka mengalami apa yang dialami oleh sebagian manusia: tidak dikarunia anak bahkan sampai usia tuanya, sehingga mereka dikatakan mandul.
Kemandulan membawa perasaan tertentu pada suatu keluarga. Dalam budaya yang menjunjung prinsip “bibit, bobot dan bebet”, tentu akan menyimpulkan bahwa dia berasal dari bibit yang jelek. Dalam budaya yang mengagung-agung anak sebagai penerus keturunan, dan bisa ditambah lagi dengan prinsip bahwa yang menentukan keturunan itu adalah anak laki-laki, maka mereka akan merasa bahwa kemandulan akan membuat keturunan mereka berhenti. Kita masih bisa melanjutkan perasaa-perasaan manusiawi dan alami lain yang menjangkiti keluarga tanpa anak.
Ternyata kehendak Allah juga terjadi dalam peristiwa manusiawi. Lewat seorang malaikat, Allah ingin menunjukkan karya tanganNya, memberikan rahmatNya kepada manusia lewat peristiwa-peristiwa alamiah dan manusiawi. Malaikat mendatangi istri Manoah dan memberitakan pengandungannya. Demikian pula, malaikat mendatangi Zakharia ketika ia melakukan pekerjaan hariannya. Peristiwa ini tentu bisa terjadi dalam hidup keseharian kita. Kita membutuhkan kejernihan bathin untuk melihat rahmat Allah ini.
Yang menarik pada kedua tokoh yang memperoleh rahmat Allah ini, Simson dan Yohanes Pembaptis, ialah bahwa Roh Kudus akan tinggal tetap pada mereka. Hidup mereka dituntun oleh Roh Kudus. Jadi peristiwa Allah, rahmat Allah tidak berhenti pada kegembiraan yang dianugerahkan Allah, tetapi juga tetap berlangsung menyertai kegembiraan itu.
Mari kita membuka diri untuk dipakai oleh Allah, untuk menerima Rahmat Allah dalam mewujudkan karya keselamatanNya dan mari kita jaga agar Roh Kudus tetap menyertai kita.