Rabu Pekan Biasa VI
February 19, 2020
Yak 1:19-27
Mazmur : Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5
Injil : Mrk 8:22-26
Telinga nampaknya berhubungan dengan mulut. Orang tuli biasanya juga mengalami kebisuan. Rasul St. Yakobus nampaknya paham betul dengan hal ini. Ia mengetahui betul bahwa hidup beriman itu adalah soal mendengarkan (Sabda/Kehendak) Allah dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari (Teologi Matius: orang yang melakukan Sabda Allah dan melakukannya dapat diumpamakan dengan orang yang membangun rumah di atas batu karang; Teologi Lukas: Orang yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melakukannya); dua kata kuncinya adalah MENDENGARKAN dan MELAKSANAKAN.
Rasul Yakobus juga menyadari bahwa orang lebih mudah melakukan kegiatan pasangan dari Mendengarkan daripada mendengarkan sendiri. Itulah sebabnya ia menasihatkan agar lebih dahulu dan membiasakan diri untuk mendengarkan daripada berbicara: “Ingatlah akan hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” Selanjutnya dikatakan, “Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadatnya.”
Maka, meskipun mendengarkan berhubungan erat dengan berbicara, dalam hal beribadat -mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah-, marilah kita memenuhinya dan melepaskan mendengarkan dari berkata-kata. Marilah kita melulu Mendengarkan kehendak Allah dan melaksanakannya.