Rabu Pekan Biasa II

January 22, 2020

1 Samuel 17: 32-33.37.40-51; Markus 3: 1-6

Dalam suatu pertandingan, sepak bola yang tim atau tinju yang individual, sering ditayangkan perbandingan profile mereka masing-masing. Misalnya dalam pertandingan tinju:  tinggi badan, berat badan, panjang jangkauan, berapa kali pertandingan, berapa kali menang, berapa kali kalah, dst. Dari profile itu orang bisa mempelajari dan meramalkan siapa yang akan memenangkan pertandingan.

Inilah yang terjadi pada Bacaan I. Daud tidak ada apa-apanya disandingkan dengan Goliat dalam pertandingan ketentaraan. Tinggi Badan Goliat melebihi beberapa kali tinggi badan Daud, sehingga Daud nampak sebesar anjing -tidak hanya karena datang dengan membawa tongkat tetapi juga- perbandingan tinggi-rendah bagi manusia normal. Goliat memang berprofesi sebagai tentara yang terlatih, sementara Daud hanya seorang petani. Goliat ahli dalam memainkan pedang, Daud pandai memainkan sabit dan cangkul. Goliat ahli dalam tata perang, cakap membaca gerak-gerik badan lawan, Daud memiliki keahlian membaca gejala alam dan tanaman. Pokoknya Daud kalah banyak segi dari Goliat.

Namun kita diajar, bahwa hidup tidak berjalan mekanistis; hidup bukan hitung-hitungan kekuatan; hidup digerakkan dan dikuasai oleh Yang Tidak Nampak. Daud dengan jelas menyatakan itu “Engkau mendatangi aku dengan pedang, tombak serta lembing, TETAPI aku mendatangi engkau dengan NAMA TUHAN SEMESTA ALAM, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku!”. Kata-kata ini bisa jadi memang gertakan yang diperlukan dalam suatu strategi perang. Tetapi jelas Daud tidak memakainya dalam rangka itu. Ia mengatakan itu sebagai suatu realitas, suatu ungkapan apa yang ia hayati. Ia memang benar-benar fokus, mengimani, mengarahkan tumpuan harapan hanya pada Allah. Meskipun ia kalah total dalam berbagai segi fisik dan kemiliteran, tetapi ia menang mutlak dalam keyakinan akan kekuasaan Allah yang adalah Tuhan Semesta Alam.

Kita sering lebih mengandalkan apa yang kita miliki. Dengan perhitungan logis, matematis, kita merasa mampu menyelesaikan masalah dan persoalan kita dengan dasar segala materi yang kita miliki itu. Tetapi kita diingatkan bahwa hidup kita dan seluruh alam semesta ini, dikendalikan oleh Allah semesta alam. Mari seperti Daud, kita memasrahkan hidup dan mendasarkan hidup kita pada kekuataan dan kekuasaan Allah ini.