Minggu Biasa III: Minggu Sabda Allah

January 27, 2020

Yes 8:23b-9:3;Ā 1Kor 1:10-13.17;

Mat 4:12-23

Dulu ada lagu ā€œMadu di tangan kananmu; racun di tangan kirimuā€. Hidup memang pilihan dan pilihan adalah pengorbanan. Tetapi dalam perayaan ekaristi ini, kita diajak untuk melihat kondisi dan pilihan kita. Kita berada di kondisi dan mau menjadi produsen atau konsumen? Kita berada d kondisi dan menjadi penghasil atau penikmat?

Hal ini kelihatan dari apa yang terjadi pada Yesus. Yesus mengalami dua hal: 1) menyingkir dan tinggal di Zebulan dan Naftali yang di Galilea, bagian utara; dan 2) memilih beberapa orang untuk menjadi ā€œpenjala manusiaā€.
Injil hari ini dibuka dengan informasi yang terjadi di Yerusalem, Israel bagian selatan, bahwa Yohanes ditangkap. Ia ditangkap karena perihidupnya yang berbeda dengan orang-orang besar Yahudi. Ia berpakaian sederhana tidak seperti para imam, para pejabat; makan hanya belalang dan tidak seperti orang-orang yang cenderung makan besar. Hal ini terjadi karena kepekaan religius sangat kuat di bagian selatan.

Sementara itu di daerah utara diwarnai dengan kemajuan sosial ekonomi. Usaha-usaha mulai menggeliat, hidup sosial semakin hidup. Kalau keluarga Zebedus sedang membersihkan jalanya itu berarti mereka menjalankan bisnis perikanan. Demikian juga pengetahuan dan pendidikan. Mereka memiliki kemerdekaan berpikir dalam hal apa saja. Perjumpaan dengan bangsa-bangsa lain membuat mereka mempertanyakan apa pun, termasuk keberadaan Tuhan, dsb. Apa yang terjadi? Mereka semakin tenggelam dalam banyak pengetahuan dan aliran, sehingga mereka mereka semakin mengalami kebingungan, kegelapan. Inilah yang dikatakan Yesaya ā€œbangsa yang hidup dalam kegelapan telah melihat terangā€. Mereka ini lah yang menikmati kedatangan Yesus sebagai cahaya, sebagai terang. Kepada mereka inilah Yesus mengajak, ā€œBertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekatā€. (Konsumen)

Di bagian kedua, diceritakan Yesus bertemu dengan Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes, yang sedang membersihkan jala. Mereka dipanggil untuk mengubah ā€œobyekā€ (?) pekerjaan mereka, tidak lagi menjala ikan, tetapi menjala manusia. Tugas ini tidak ditafsirkan sebagai tugas untuk mencari pengikut, membaptis orang; dari artinya tugas ini bermakaud untuk membimbing, mengarahkan dan mengajak orang kepada kebenaran. Kalau bahasa rasul -seperti Paulus- tugas ini berarti membawa orang kepada Allah supaya mereka mengenal Allah. Inilah tugas produsen.

Manakah keadaan kita saat ini? Manakah yang kita inginkan sebagai orang beriman? Apakah dimensi produsen menjadi cita-cita kita?