Minggu Advent Keempat

December 21, 2022

Yesaya 7: 10-14; Roma 1: 1-7; Matius 1: 18-24

Kelahiran Yesus membawa efek luar biasa. Dalam versi Lukas, seorang dara, yang kira-kira pada waktu itu masih berusia 15 atau 16 tahun, memiliki cita-cita pribadi yang tentu akan menggairahkan dirinya. Tetapi dia merelakan semuanya itu ketika malaikat Gabriel datang dengan berita bahwa Allah berkenan kepadanya. Allah memilih dia untuk menjadi Bunda Sang Penebus. Meski mengalami pergulatan, namun akhirnya ia berani berserah “sebenarnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu!”. Ia pun menjadi manusia dewasa, seorang Bunda Allah.

Tetapi bukan hanya itu, kesetiaan Simeoan dan Hana akhirnya juga diungkapkan. Mereka adalah orang-orang yang dengan tekun dan setia menantikan Sang Penyelamat. Mereka menyerahkan diri mereka ketika sudah bertemu dengan Sang Juru Selamat.

Pada Injil hari ini ditampilkan tokoh Yusuf. Ia adalah laki-laki yang tulus, “gentleman“, sehingga meski sakit hati terhadap pengandungan tunangannya, namun ia tidak mau menjelek-jelekkan Maria, tunangannya itu. Ia hanya ingin menceraikan diam-diam. Mungkin dia akan mencari yang lain, yang lebih menjaga diri dan kesetiaannya. Tetapi ketika Allah mengingatkan dia akan apa yang terjadi sesungguhnya, ia pun mengambil Maria sebagai istrinya.

Kelahiran Kristus mengubah segalanya menjadi baik, termasuk diri kita. Hati yang keras menjadi lunak; pribadi yang egois, selalu mengarahkan segalanya untuk dirinya, menjadi orang yang terbuka akan kehendak Allah dan mengarahkan hidupnya kepada kepentingan orang lain dan orang banyak.

Perubahan apa yang Tuhan kehendaki dari kita, agar kelahiran Kristus terjadi dalam diri dan keluarga kita?