Malam Menjelang Hari Raya Natal

December 29, 2022

Yesaya 62: 1-5; Kisah Para Rasul 13: 16-17. 22-25; Matius 1: 1-25

Injil adalah cerita tentang Yesus yang bangkit. Penampilan Yesus dewasa lah yang menimbulkan perbincangan diantara orang-orang jamanNya. Perbincangan terhenti ketika Dia harus mati di kayu salib. Tetapi ternyata kematian tidak membungkam orang-orang dari perbincangan. KebangkitanNya dari kematian membuat setiap orang memperbincangkanNya. Namun mengapa Matius dan Lukas memiliki Kisah tentang Masa Kanak-kanak Yesus?

Kalau kita menganalisa cerita masa kecil Yesus versi Matius, kita akan menemukan bahwa Matius mau menegaskan bahwa rencana Allah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama terwujud. Nubuat itu ialah bahwa yang ilahi memasuki ceerita/peristiwa duniawi; yang surgawi memasuki dunia profan ini. Allah memasuki kehidupan manusia dan tinggal diantara kita. Sejarah Keselamatan terjadi dalam sejarah manusia.

Maka persoalan kita ialah bagaimana agar Natal terjadi pada jaman ini?

Konferensi Wali Gereja (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) membantu kita tentang hal ini lewat tema Nasional Natal kita tahun 2022 ini: “Maka mereka pun kembalilah ke negerinya melalui jalan lain”. Kita diajak untuk belajar dari tiga orang Majus. Mereka adalah orang dari negara yang berbeda-beda. Mereka memiliki kepribadian dan karakter yanggan berbeda, apalagi bila dilihat dari keahlian dan kompetensi mereka. Mereka harus melakukan perjalanan bersama yang jauh dan lama. Ini gambaran Gereja dewasa ini bukan? Kita hidup dalam komunitas, kita hidup bersama seperti tiga orang Majus itu. Kita berada dalam perjalanan menuju ke Bapa surgawi.

Perjalanan yang demikian tidak mudah, menghadapi banyak tantangan yang bisa disikapi dengan cara yang berbeda-beda. Namun mereka bisa melewati semua dengan baik. Mereka bisa sehati dan sepikir, mereka bisa mengharmonikan langkah dan sikap mereka dalam perjalanan ini. Bagaimana dengan hidup bersama kita? Sudah kah kita sehari sepikir? Sudah kah kita mengharmonikan keberbedaan kita dengan baik? Sudah kah kita mengarahkan perjalanan kita kepada Allah?

 

Hal kedua yang bisa kita pelajari dari orang-orang majus adalah kompetensi manusiawi. Tiga orang majus ini adalah orang-orang yang memiliki ilmu perbintangan yang handal. Mereka meneliti dan mengamat-amati sepanjang waktu. Mereka benar-benar profesional. Pada jaman sekarang ini, banyak orang yang mengandalkan kemampuan profesional. Orang mencari orang yang benar-benar menguasai bidang tertentu dan tekun dalam menggeluti bidang itu. Namun cukup kah itu?

Ternyata orang Majus ini masih harus berhenti di istana Herodes. Mereka masih perlu bertanya “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2: 2). Mereka masih memerlukan pertolongan orang lain yang dapat membaca dan menunjukkan petunjuk Allah. Mereka memerlukan orang yang memberitahukan kehendak Allah.

 

Penghayatan akan dua hal seperti inilah yang membuat kita dapat mengalami keilahian yang termanifestasikan dalam dunia; yang surgawi terjadi dalam sejarah manusiawi; Allah yang menjadi manusia dan tinggal diantara kita. Mari kita hayati kebersamaan kita dan ketergantungan kita kepada Allah dalam keseharian, supaya kehidupan kita menjadi peristiwa inkarnasi, Allah yang tinggal di dalam kehidupan kita; Yang Ilahi yang termanifestasi dalam kehidupan nyata kita.