Kamis Setelah Rabu Abu

February 27, 2020

Ulangan 30: 15-20; Lukas 9: 22-25

 

Life is choice and every choice is sacrifice. Hidup adalah pilihan; dan setiap pilihan adalah pengorbanan. Inilah yang diingatkan oleh Musa kepada bangsa Israel. Mereka diminta memilih kehidupan dan keberuntungan atau kematian dan kecelakaan; berkat atau kutuk. Kita yakin prinsip ini sangat kita pahami dan bisa menjadi pegangan kita ketika dikondisikan harus memilih terutama yang sulit. Pilihan yang diingatkan Musa tidaklah sulit, karena jelas-jelas antara hitam dan putih, antara yang baik dan yang buruk. Tetapi mengapa mesti diingatkan?

Kita perlu meneliti kebiasaan kita dalam memilih. Bagaimana cara kita memilih? Pertimbangan apa dan model seperti apa yang kita lakukan dalam memilih? Ada orang yang memilih dengan orientasi hasil: pokoknya harus tercapai target-(pilihan)-nya. Akibatnya, dia berpolitik sedemikian rupa sehingga orang yang didekati bisa dimanfaatkan untuk pencapaian target itu. Ada yang memilih untuk mendapatkan “kompromi” (‘baiknya bagaimana?”) atas sesuatu yang tidak benar atau/dan tidak baik. Ada yang memilih atas dasar -apa yang dinamakan- solidaritas (entah agama, suku, keluarga, sejawat, dsb.). Kalau hal-hal ini yang kita biasakan, maka besar kemungkinan kita tidak pernah memikirkan apakah pilihan ini baik, benar atau tidak. Kita menjadi begitu mekanistis dan otomatis, dan kurang menggunakan kesadaran kita.

Musa menguraikan soal pilihan ini dengan panjang lebar. Ia membuka wawasan dan kesadaran bangsa Israel tentang dua pilihan itu. Ia membiarkan bangsa Israel mengerti tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi-konsekuensinya. Ia memberi informasi yang lengkap supaya pendengarnya mengerti betul tentang pilihan hidup ini. Musa mengharapkan dengan menggunakan akal budi (untuk mendapatkan informasi yang memadai dan pertimbangan yang cukup) dan kesadaran mereka, bangsa Isarel bisa memilih pilihan hidupnya yang tepat. Kesadaran inilah yang akan membimbing Israel untuk menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih jalan hidupnya: memilih berada di jalan Allah atau memilih pengaruh dunia yang menyesatkan.

Pilihan di depan kita adalah jelas. Tetapi sejauh mana kesadaran kita membimbing dan mendasari pilihan kita dan akhirnya sejauh mana kita menggunakan kehendak bebas kita untuk menentukan pilihan kita.