Kamis Putih 2023
April 7, 2023
Perkenankan saya bertanya: Apa yang ada di dalam benak kita ketika kita merayakan Kamis Putih? Saya yakin kita mudah melihat soal pembasuhan kaki, karena mereka ikut serta dalam prosesi dan sudah duduk di depan lagi. Kita mungkin juga akan mempersoalkan, kok ada yang perempuan?! Sejak kapan ada rasul perempuan?!
Perayaan hari ini bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi Allah atau sisi manusia.
Ketika kita melihatnya dari sisi Allah, saya sebenarnya berada dalam suatu skeptisisme: Apakah perayaan ini benar-benar bisa menyentuh umat? Maka untuk menghindari skeptisisme itu, perkenankan saya bertanya dulu: kalau Anda suami-istri, seberapa besar Anda merasa dicintai oleh pasangan Anda? Untuk mempermudah lagi, seberapa besar cinta pasangan Anda? Apakah bisa Anda rasakan? Kalau Anda orangtua-anak, seberapa besar Anda merasa dicintai oleh orangtua Anda atau oleh anak Anda? Kemampuan Anda menjawab pertanyaan ini, akan menentukan kemampuan Anda untuk menghayati misteri Perayaan Kamis Putih ini.
Jika dilihat dari sisi Allah, perayaan ini adalah Perayaan Kasih. Yohanes mencatat, “Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”. Sampai sehabis-habisnya. Perayaan ini adalah pengenangan, penghadiran kembali, Perjamuan yang diselenggarakan Tuhan pada malam terakhir. Perjamuan ketika Yesus mendirikan Ekaristi; ketika Ia memberikan Tubuh dan DarahNya sebagai penebusan dosa manusia. Kasih yang terungkap dalam pemberian hidup, kerelaan untuk mati demi yang dicintai. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabatnya”. Yesus menegaskan bahwa “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, tetapi sahabat”. Yesus menunjukkan kasih cintaNya dengan memberikan hidupNya dalam Sakramen Ekaristi yang Ia dirikan.
Inilah sebabnya, bacaan I dan bacaan II berbicara tentang Ekaristi.
Namun nampaknya kita lebih mudah untuk melihat bentuk lain dari kasih itu, yaitu melayani.
Dalam Perjamuan itu, Yesus membasuh kaki para murid, dan Ia pun mengajarkan “Kalau Aku Guru dan Tuhanmu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan teladan kepadamu supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Teladan Yesus inilah; pelayanan inilah yang sering menggerakkan kita. Inilah makna perayaan ini dari sisi manusia.
Pelayanan yang kita berikan seringkali all-out. Kita mencoba melayani dengan setulus dan semaksimal mungkin; bahkan kadang sampai membabi-buta: kelompok pelayanan apa pun kita ikuti sampai tidak memikirkan urusan keluarga. Tetapi ketika dalam pelayanan itu kita masih sering ngedumel, sering komplain, sering merasa kecewa, dsb. dengan dan karena alasan apa pun, jangan-jangan kita salah menempatkan konteksnya. Jangan-jangan kita salah dalam mengerti arti dari pelayanan itu: Kita melayani sekedar melayani; memenuhi kebutuhan orang yang kita layani; akibatnya kita merasa seperti diperbudak.
Apakah pelayanan seperti itu yang dilakukan oleh Yesus? Mari kita belajar dari Injil hari ini. Yohanes mencatat bahwa pembasuhan kaki, terjadi pada saat perjamuan. Sesuatu yang tidak wajar. Kita diajak untuk mengarahkan perhatian ke hal yang tidak wajar itu. Yohanes memberikan konteks lain, dikatakan di ayat pertama, “Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa”. Dan nanti sebelum Yesus menanggalkan jubahNya, setelah menunjukkan cinta Yesus, Yohanes mencatat lagi, “Yesus tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepadanya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah”. Inilah konteks pelayanan Yesus. Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Ia memberikan pelayanan pembersihan, mengupayakan agar semuanya bersih, -meskipun tidak semua bersih-, supaya mereka semua bisa diajak, diarahkan dan dibawa kepada Allah. Pelayanan Yesus adalah pelayanan yang membawa para murid, membawa manusia menuju kepada Allah, supaya mereka makin dekat dengan Allah; mereka dapat kembali kepada Allah.
Maka agar pelayanan kita pun menyerupai pelayanan Kristus; agar keteladanan pelayanan Kristus benar-benar menjadi sumber semangat kita, maka kita perlu mengarahkan pelayanan kita dalam konteks yang benar, yaitu pelayanan yang membawa orang menuju kepada Allah. Pelayanan ini bukan sekedar melayani kebutuhan riil orang, tetapi harus membawa orang kepada Allah. Hanya dengan ini, perayaan malam ini akan benar-benar menjadi wujud pemberian, pelayanan kasih Allah kepada umatNya. Mari kita menghayati Pemberian Kasih Yesus kepada kita dalam kematianNya; dan juga teladanNya dalam melayani sesama: membawa orang kembali kepada Allah.
Kamis Putih,
6 April 2023