Kamis Pekan Biasa II

January 23, 2020

1Sam 18:6-9;19:1-7; Injil : Mrk 3:7-12

Keberhasilan Daud mengalahkan Goliat dan orang-orang Filistin, membuat dia tenar, menjadi bintang diantara orang-orang Israel. Wanita-wanita yang memiliki daya tarik sendiri bersorak sorai sambil menari-nari dan dengan demikian semakin memeriahkan suasana dan Menguatkan keagungan Daud. Hal ini membuat Saul merasa sakit hati dan berencana memusnahkan Daud.

Bila mereka hidup pada masa ini, mungkin Saul akan mendapat pendukungnya. Mereka akan bersekongkol mencari berbagai cara bagaimana mereka bisa tetap menjadi bintang dengan mematikan bintang yang baru muncul. Demikian pula kemenangan Daud akan menarik orang-orang yang patriotik untuk mendekat, menempel dan bergabung. Mereka bisa memperparah dengan intrik-intrik yang saling menjatuhkan. Mungkin dengan black campaign; mungkin dengan olok-olok dan sindir yang saling menjelekkan dan menjatuhkan. Suasan bisa memanas karena memang harus ada satu bintang.

Tetapi kita tentu merasa tenang, damai dan lega, ketika konflik dua bintang itu ditengahi oleh Yonathan. Dia tidak mempertajam kebencian ayahnya, Saul, tetapi justru ia mendamaikan keduanya. Atas usahanya ia berhasil meredakan kemarahan, kejengkelan dan sakit hati Saul; “Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti semula.”

Di masa sekarang diperlukan “Yonathan” baru. Kita bisa melakukan peran itu, ketika kita mampu mendamaikan siapa saja yang dipenuhi dengan kebencian, kedengkian, kekesalan, persaingan, dsb. Kita mengubah perasaan itu menjadi setidaknya hidup bersama dan lebih mendalam dengan bekerja sama.