Kamis Pekan Biasa I

January 16, 2020

1Sam 4:1-11
Mazmur : Mzm 44:10-11.14-15.24-25
Injil : Mrk 1:40-45

Saya yakin Yesus memerlukan “popularitas”, dalam arti dikenal oleh khalayak ramai (Latin “populus”). Popularitas ini akan mempermudah tugas perutusanNya: membangun Kerajaan Allah.

Tetapi anehnya Yesus melarang orang kusta yang disembuhkan itu memberitahukan kepada banyak orang. Ia meminta orang kusta itu memberitahukan hanya kepada imam-imam yang memiliki kewenangan untuk menyatakan pentahiran dari sakit kustanya.

Bukan hanya itu, ketika orang banyak mendengar peristiwa ini dan datang kepadaNya, Yesus malah merasa risih bertemu dengan banyak orang sehingga Ia tidak bisa terang-terangan masuk kota. Akibatnya Ia memilih tinggal di luar kota, di tempat-tempat yang sepi. Apa sebenarnya yang ada di benakNya tentang tugas perutusanNya: Kerajaan Allah.

Bagi Yesus, Kerajaan Allah bukan soal popularitas atau besarnya “followers” yang bisa menjadi kekuataan massal; yang bisa digerakkan untuk revolusi kekuasaan (“people power”). Kerajaan Allah bukan kekuasaan atas manusia, teritori dan nasib masyarakat.

“KerajaanKu bukan dari dunia ini” jawab Yesus kepada Pilatus yang menginterogasiNya. Kerajaan Allah adalah soal relasi, sejauh mana orang mengenal Pribadi Yesus dan membadankannya di dalam diri dan hidupnya. Kalau Yesus mengajarkan mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali, sejauh mana ajaran itu kita tangkap kebenarannya, kita cintai karena keindahannya saat dikontemplasikan dan akhirnya sejauh mana kita ikut mempraktekkannya. Inilah proses pembadanan yang menunjukkan kedalaman relasi kita dengan Kristus.

Karena soal relasi inilah, maka Yesus tidak mau orang kusta itu berkoar-koar, sehingga orang hanya tahu Yesus karena cerita (sharing) orang lain. Secara positif, Yesus ingin setiap pribadi membangun relasi pribadi dengan Kristus. Dan itulah perwujudan Kerajaan Allah.