Jumat dalam Oktaf Paska

April 18, 2020

Kisah Para Rasul 4: 1-12; Yohanes 21: 1-14

Apa yang terjadi pada Petrus dan Yohanes, dilarang mewartakan  Kabar Gembira, dijebloskan ke dalam penjara, merupakan konsekuensi dari perutusan yang dijalankan. Mereka unstoppedable; mereka tidak bisa dihentikan. Mereka lebih memilih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Itulah semangat rasul. Tetap mewartakan justru karena menantang, karena sulit, karena penuh penderitaan dan resiko.

Seorang rasul tidak hanya berhadapan dengan kekuasaan yang menolak dan melawannya, tetapi seperti dialami Yesus, juga berhadapan dengan orang yang susah mengerti, yang mengalami kesulitan untuk mengenali Allah; mereka yang bebal hati. Petrus dan Yohanes menunjukkan kegigihannya baik dalam menanggung penolakan dan perlawanan mereka. Yesus memperlihatkan kreativitasNya dalam mengusahakan para murid mengenali Dia dan mengerti ajaran-ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. KreativitasNya ini sangat mengena karena menyentuh kebutuhan dasar manusia, karena berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari manusia: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk?”. Dari kreasi mengajukan pertanyaan mendasar ini, Ia kemudian menunjukkan kekuasaan besarnya. Dan ternyata Ia telah menghadirkan kembali secara kreatif “perjamuan” sederhana sarapan pagi: “Ketika tiba di darat, mereka melihat api arang, dan di atasnya ada ikan serta roti”. Setelah Ia meminta beberapa ikan, Ia pun maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka. Demikian juga Ia lakukan untuk ikan itu. Dengan tindakan kreatif ini, Yesus membuat para murid mengenali bahwa Ia ini Tuhan.

Berkat pembaptisan, kita mendapatkan tugas untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Apa pun yang kita hadapi; seperti apa pun subyek-subyek yang menerima pewartaan kita; kita diajak dan dituntut untuk kreatif dalam menemukan cara-cara pewartaan. Cara-cara itu akan efektif, memiliki dampak besar kepada pendengar, kalau kreativitas kita menyentuh kebutuhan dasar kehidupan manusia.