Jumat Advent Pertama

December 2, 2022

Yesaya 29: 17-24; Matius 9: 27-31

 

Orang-orang Israel berjalan bersama dengan penggambaran “utopis” dari Yesaya. Selasa yang lalu, digambarkan bahwa serigala akan makan rerumputan, kambing domba hidup aman tenteram bersama dengan serigala dan harimau, dst. Hari ini dikatakan Lebanon akan menjadi kebun buah-buahan yang lebatnya seperti hutan. Pada jaman itu orang-orang yang berkecenderungan jahat akan dilenyapkan; bahkan mereka yang sesat pikir, yang kekeuh dengan pikirannya sendiri, menutup diri terhadap dunia luar, akan menjadi pembelajar; mereka akan memperoleh pengertian dan menerima pengajaran.

Hal itu terjadi ketika orang-orang tuli mendengar sabda sebuah kitab, mata orang-orang buta akan melihat, dst. Maka ketika Yesus tampil dan menyembuhkan mata dua orang buta, ingatan bangsa Israel terarah pada ramalan utopis Yesaya: kinilah saatnya kehadiran yang Ilahi itu; kini lah saatnya Allah merajai manusia dan dunia (Kerajaan Allah). Mereka diingatkan akan kehadiran yang Ilahi dalam kehidupan mereka saat itu.

Masa Adventus adalah masa kita menantikan Tuhan, bukan hanya yang datang di akhir jaman, tetapi juga yang datang pada saat ini. Maka apa yang perlu menjadi perhatian orang beriman saat ini ialah “bagaimana menyadari kehadiran Yang Ilahi, Kristus sendiri dalam kehidupan sehari-hari”. Yesus dinamai Immanuel, Allah yang tinggal bersama dengan manusia, Allah yang ada bersama-sama dalam kehidupan kita. Kita diundang untuk selalu menemukan Tuhan dalam kehadiran orang dan peristiwa yang kita alami setiap hari.

Novena Vinsensian pada kali pertama ini bertemakan Misi CM: Mengenakan Roh Kristus. St. Vinsensius mengumpulkan para imam diosesan pada awalnya, dan mendirikan “serikat kecil”-nya, CM, untuk mengikuti Kristus yang mewartakan Kabar Gembira kepada orang-orang miskin dan terlantar. Hal ini terjadi ketika kami, anggota “serikat kecil” itu -seperti kata st. Paulus- mengenakan Roh Kristus. Maka St. Vinsensius selalu menginginkan dan melatih kami untuk berpandangan “Quid Nunc Christus”, kalau Kristus berada pada posisiku sekarang ini (dalam konteks apa saja), kira-kira apa yang Ia pikirkan, apa yang Ia katakan dan apa yang akan Ia lakukan. Di situlah letak kita menemukan dan mempraktekkan kehadiran Kristus dalam kehidupan kita.

Mari kita mengenakan Kristus supaya kita benar-benar menghadirkan dan menghayati kehadiran Yang Ilahi, Allah itu dalam kehidupan kita.