Hari Raya Natal: Misa Fajar
December 30, 2022
Yesaya 62: 11-12; Titus 3: 4-7; Lukas 2: 15-20
Gereja merayakan Natal dalam tiga waktu: malam, fajar dan siang. Perayaan Malam mengungkapkan rencana keselamatan Allah Bapa; Perayaan Fajar menyatakan penyelamatan oleh Yesus Kristus dan Perayaan Siang menunjuk ke kepenuhan penyelamatan Allah. Perikop Injil hari ini mengajak kita untuk memasuki realitas keselamatan yang terwujud dalam diri Yesus. Lukas mencatat para gembala berkata satu sama lain “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Kalimat ini memang dikatakan oleh gembala kepada gembala lain, tetapi ini juga gaya Lukas dalam mengajak pembacanya. Maka ajakan ini juga ditujukan kepada kita.
Kita pun bisa bertanya bagaimana kita bisa pergi ke Betlehem? Kita bisa menjawab ketika kita mengerti apa yang diceritakan Lukas. Lukas menceritakan bahwa Yesus lahir di palungan kandang hewan. Apa itu? Pada waktu Yusuf membawa Maria untuk mendaftarkan diri, tidak ada lagi tempat penginapan karena sudah dibooking oleh banyak orang. Di dekat situ ada satu tempat yang dipakai untuk memarkir binatang kendaraan. Kreativitas Yusuf mendorong dia untuk mempersilahkan Maria untuk melahirkan di situ. Tempat kelahiran Yesus adalah tempat yang mudah dijangkau, mudah ditemukan oleh banyak orang. Tempat Yesus adalah di sekitar kita.
Lalu makna Natal apa yang bisa kita lakukan? Tema Natal tahun ini adalah “Mereka pun kembali ke negerinya melalui jalan lain”. Ada dua hal yang kiranya perlu kita renungkan. Pertama, perkenankan saya bertanya, “manakah tempat-tempat yang sering kita kunjungi?” Kita memiliki kebiasaan mengunjungi tempat-tempat, yang mendukung hobby atau pekerjaan kita; yang mempertemukan kita dengan teman-teman yang menyenangkan. Kita bisa menghabiskan banyak waktu di sana dan bisa jadi kita lupa, lalai dan abai untuk mengunjungi orang-orang yang seharusnya kita datangi. Kita diajak untuk “mengambil jalan lain”, keluar dari kebiasaan-kebiasaan kita dan beranai mengambil jalur, rute lain.
Kita diajak untuk memperhatikan orang-orang yang selama ini tidak kita perhatikan. Kita diajak untuk menyapa istri, anak kita yang seatap, serumah, tetapi bisa jadi tidak pernah kita sapa.
Kedua, “Mengapa kita suka membiasakan diri mengunjungi tempat-tempat itu?” Kita bisa memiliki alasan ketemu teman-teman sekantor atau setim; bisa karena demi jejaring, demi pertemanan, dsb. Tetapi nanti bila ditarik ke yang paling ujung, alasan itu bisa jadi berupa materi. Banyak orang rela absent dari pelayanan di pastoral paroki, karena lebih mengutamakan pekerjaan atau tanggung jawabnya, ujung-ujungnya karena ini ada tunjangannya; ini soal pekerjaan, soal uang. Hari ini kita diajak untuk melakukannya dengan “jalan lain”. Kita diajak untuk melakukan segala sesuatu bukan karena hal duniawi belaka, tetapi diajak untuk mencari dorongan lain: yaitu karena Kristus yang lahir di hati kita; Kristus yang kita imani. Sehingga ketika kita menjalankan tugas dan tanggung jawab, tidak lagi didorong oleh materi, tetapi didorong oleh Kristus yang kita imani, karena Kristus yang telah memanggil kita, Dia yang memerintahkan kita.
Mari kita melalui jalan lain. Mari kita temukan Yesus yang lahir, lewat pelayanan di tempat-tempat yang mudah kita jangkau. Mari kita melakukan tanggung jawab dan pekerjaan kita, bukan karena dorongan memperoleh materi, tetapi mari kita lakukan karena Kristus yang kita imani, Kristus yang lahir di hati dan keluarga kita, Kristus yang adalah Immanuel, Allah yang selalu menyertai kita.