Penerimaan Sakramen Krisma 2023
July 10, 2023
Sakramen merupakan sebuah lambang atau tanda atas sesuatu yang lebih tinggi. Dalam Gereja Katolik, sakramen terbagi atas 3 bagian, yaitu inisiasi, penyembuhan dan pelayanan. Sakramen inisiasi terdiri atas Baptis, Ekaristi, dan Krisma. Paroki kita telah melaksanakan liturgi penerimaan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi. Untuk menandai kedewasaan iman, orang bisa menerima Sakramen Krisma.
Mengapa disebut dengan Krisma? Penerimaan Krisma dilaksanakan dengan pengurapan minyak Krisma di dahi dan tamparan di pipi. Pengurapan minyak Krisma adalah lambang bahwa kita resmi menjadi anak-anak Allah yang dewasa, seperti Kristus yang diurapi untuk menunaikan tugas perutusan dari BapaNya: mewartakan kabar gembira kepada orang miskin, menyembuhkan orang yang sakit, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (bdk. Lukas 4:18-19). Maka sebagai anak Allah, kita terikat pada tugas yang dilakukan oleh Yesus itu. Dalam penerimaan Krisma, kita “ditampar” oleh Bapa Uskup yang berhak menerimakan sakramen ini; tindakan ini melambangkan bahwa kita telah kuat, kita telah matang sehingga terhadap tantangan, derita, kesulitan seperti apa pun dalam kehidupan sehari-hari, kita akan bertahan, seperti kita tahan terhadap “tamparan” Bapa Uskup. Kita telah menjadi orang dewasa yang tahan banting. Sakramen Krisma ini juga menjadi tanda kedewasaan iman. Maka Sakramen Krisma juga disebut dengan Sakramen kedewasaan atau Sakramen Penguatan, atau Sakramen Konfirmasi.
Paroki Keluarga Kudus melakukan upacara Sakramen Krisma ini pada Hari Minggu Biasa ke XIV tanggal 9 Juli 2023, misa ketiga pukul 08.00. Misa ini dipimpin oleh Bapak Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus didampingi oleh Romo Yulianus Astanto Adi, CM dan Romo Puji Nurcahyo, CM. Sebanyak 110 orang yang akan menerimakan Sakramen Krisma. Mereka semua telah dipersiapkan dengan mengikuti pelajaran mulai bulan Januari 2023 dan dibimbing oleh para pembina dari Seksi Pengajaran Iman. Maka dari itu, umat yang telah menerimakan Sakramen Krisma, memiliki tugas baru yaitu menjadi saksi iman dan mengambil tugas-tugas dengan menjadi bagian dari Kristus. Karena alasan inilah persiapan mereka dilakukan sedini mungkin dan dengan program yang mengintegrasikan nilai-nilai pewartaan ini. Di kelas mereka tidak hanya menerima pelajaran, tetapi mereka diajak untuk mendiskusikan hal-hal di masyarakat yang sedang menjadi isu utama; mereka dilatih untuk bisa menyampaikan ajaran Sosial Gereja tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat itu. Mereka juga diajak untuk memberi kesaksian tidak hanya dengan kata, tetapi terlebih dengan tindakan. Mereka diberi kesempatan untuk membantu bapak dan ibu, pekerja, yang membersihkan jalan-jalan raya pada subuh hari dan memberi mereka bingkisan sebagai tindakan karitatif. Pada pertemuan terakhir, mereka diajak untuk merefleksikan nilai-nilai persiapan itu di hadapan Gua Bunda Maria sebagai simbolisasi kesediaan kita untuk meneladan Bunda Maria yang berani mengatakan di usia mudanya, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu itu”..
Dalam perayaan Ekaristi yang agung ini, Bapak Uskup -dalam kotbahnya- mengatakan, “Gereja mengadakan Sakramen Krisma ini, karena Gereja mengakui bahkan kita ini adalah orang lemah, orang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Maka kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa pertolonganNya”. Maka Mgr. Agus juga mengingatkan kita untuk tidak perlu sombong, karena kita tidak bisa berbuat baik tanpa campur tangan Tuhan. Semua tindakan kita berasal dari Allah dan bukan dari kekuatan kita saja.
Romo Astanto selaku Pastor Paroki mengajak para peserta Krisma untuk mengucapkan banyak terima kasih atas waktu yang telah disediakan oleh Bapak Uskup di tengah-tengah kesibukannya dan mengingatkan agar kita lebih sering datang kepada Tuhan. “Dalam percapakansaya dengan kepala BNN Kalbar, Brigjen Sumirat, kami berharap, anak-anak jika mengalami masalah jangan pergi ke obat-obatan tetapi sama seperti yang telah dikatakan Bapak Uskup tadi, pergilah kepada Tuhan dan Dia akan memberikan kelegaan.” ujar Romo Astanto.
Perayaan Ekaristi ini ditutup dengan foto bersama, serta Bapak Uskup dan para peserta Krisma diajak untuk bergembira untuk merayakannya bersama para anak-anak Krisma dalam acara ramah tamah.