Misa Malam Natal 2019
December 28, 2019
Misa Malam Natal tanggal 24 Desember 2019 di Gereja Keluarga Kudus, Pontianak dilaksanakan dua kali: pukul 17.00 WIB dan pukul 20.00 WIB. Misa pertama dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus dengan didampingi oleh Pastor Yulianus Astanto Adi, CM, pastor Paroki. Sedangkan misa kedua dipimpin oleh Pastor Fransiskus Kebry, CM.
Perayaan diawali dengan prosesi Putra-putri Altar, Prodiakon dan Petugas Misa dengan pasangan yang membawa bayi Yesus. Setelah meletakkan bayi Yesus di palungan, Bapa Uskup memberkati kandang dan altar. Sebagai pembukaan misa, Bapa Uskup menyapa umat dan mengucapkan selamat natal untuk seluruh umat, lalu Bapa Uskup mengajak umat untuk berani mengampuni kesalahan yang dibuat oleh sesama kita karena Tuhan telah mengampuni dosa dan kesalahan kita. Perayaan Ekaristi berjalan dengan anggun dan meriah.
“Ada banyak tokoh dalam peristiwa natal, seperti Maria, Yosef, petani (yang meminjamkan kandang hewannya untuk digunakan sebagai tempat bermalam Maria dan Yosef), para gembala, dan tiga raja dari timur. Kalau kita lihat dari tokoh yang paling kecil hingga tokoh yang sangat menentukan kehidupan bersama. Menurut saya pribadi, hal itu menunjukkan Tuhan peduli pada semua orang, Ia tidak membeda-bedakan. Ia mau menjadi sahabat, Ia mau menjadi teman bagi semua orang,” ungkap Bapa Uskup dalam khotbahnya.
Selain itu, Bapa Uskup juga mengatakan pada zaman sekarang ini, kecenderungan orang hidup bersama: dalam pergaulan, dalam bisnis, sering diwarnai oleh pertimbangan untung rugi. Apa untungnya saya bergaul dengan dia? Apa untungnya jika dia menjadi teman saya? Padahal sejak permulaan Tuhan tidak memperhatikan untung bagi diri-Nya. Tuhan datang ke dunia ini tanpa membeda-bedakan dan tanpa pamrih. Hal kedua yang diungkapkan Bapa Uskup ialah bahwa dasar dari persahabatan adalah cinta kasih. Beliau lalu menceritakan sebuah cerita fiktif yang menyentuh. Seorang gadis rela memberikan seluruh miliknya untuk menyelamatkan teman-temannya dengan memberikan segala yang ia miliki. Milik terakhir yang diberikan adalah baju yang dipakainya dan dia harus bersembunyi telanjang di hutan pada musim dingin. Banyak orang dikejutkan oleh cahaya yang muncul dari dalam hutan, yang kemudian diketahui cahaya itu keluar dari jasad gadis yang telah mati kedinginan. Kita harus berbuat baik untuk siapapun meskipun tidak mudah, meskipun harus mengurbankan apa yang kita miliki.
Pada misa kedua, Pastor Fransiskus Kebry, CM mengajak umat untuk merenungkan tokoh yang selalu disebut dalm kisah natal, yaitu para gembala. Mengapa para malaikat memberikan kabar kelahiran Yesus Kristus kepada para gembala? Jawabnnya karena yang paling dekat posisinya adalah para gembala. Oleh karena itu, dari peristiwa ini kita dapat merenungkan bahwa Yesus sebenarnya lahir di dekat kita. Yesus lahir dalam diri suami, istri, anak-anak, kakek, nenek, keluarga, tetangga, teman-teman dan siapapun yang ada di dekat kita, bahkan di dalam hati kita.
“Pertanyaannya, apakah kita menyadari Tuhan Yesus lahir di dekat kita? Tuhan Yesus lahir di tempat yang paling dekat dengan kita, yaitu di hati kita masing-masing yang seringkali kita lupakan. Apakah saya dan Anda sekalian mau menerima Yesus yang lahir di sekitar kita atau menerima Yesus yang lahir di Bethlehem? Yesus tidak hanya lahir di situ tetapi Ia juga lahir di diri orang-orang di sekitar Anda dan di hati saudara sendiri. Oleh karena itu, mari kita maknai kelahiran Tuhan Yesus Kristus sebagai kelahiran yang terjadi dalam diri sesama kita dan dalam hati kita masing-masing, sehingga sukacita itu sungguh-sungguh dapat kita rasakan bukan sukacita yang berada jauh di sana tapi sukacita yang dekat dengan kita ;yang ada dalam hati kita,” ajak Pastor Fransiskus Kebry, CM dalam khotbahnya.
Penulis: Michelle Javiera Ivana