HOMILI PERAYAAN HARI MINGGU BIASA XXVII, 5 OKTOBER 2025

October 19, 2025

HOMILI PERAYAAN HARI MINGGU BIASA XXVII, 5 OKTOBER 2025

BACAAN INJIL : LUKAS 17 : 5-10

HOMILI : RP AGUSTINUS SUGIANTO, CM

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,

Bacaan liturgi Minggu ini mengajak kita untuk merenungkan makna iman yang hidup, bertumbuh, dan berbuah dalam karya nyata. Pesan utama Injil pada Minggu ini berbicara tentang kesetiaan dalam pelayanan dan kerendahan hati dalam menjadi saksi kasih Kristus. Yesus mengingatkan kita dengan perumpamaan tentang biji sesawi. Meskipun biji sesawi adalah yang terkecil dari segala benih, namun ketika tumbuh, ia menjadi pohon yang besar dan rindang, tempat burung-burung bersarang. Ini adalah gambaran iman yang sejati: iman yang kecil namun penuh kepercayaan, mampu menghasilkan karya besar bila dipelihara dengan kasih dan kesetiaan.

Iman bukanlah sesuatu yang langsung sempurna, melainkan sesuatu yang terus bertumbuh melalui pengalaman hidup, melalui tantangan, pergumulan, dan kesetiaan kita terhadap Firman Tuhan. Dalam perjalanan hidup yang penuh liku dan ujian, iman seperti biji sesawi itu dipupuk dengan kepercayaan dan doa hingga akhirnya menghasilkan buah-buah kasih, pengampunan, dan pengharapan. Seruan ini adalah undangan untuk membuka hati terhadap Sabda Allah. Dalam dunia yang sering kali penuh kebisingan, godaan, dan kekerasan hati, kita diajak untuk kembali mendengarkan suara Tuhan yang lembut namun tegas. Suara itu membimbing kita agar tidak terperangkap dalam egoisme dan keangkuhan, tetapi rela dibentuk oleh kasih dan kehendak-Nya.

Padang gurun kehidupan yang kita yang kita lalui entah berupa kesulitan, penderitaan, atau pencobaan bukanlah tanda Allah meninggalkan kita, melainkan tempat Allah menguji dan memurnikan iman kita. Di sanalah kita belajar arti sejati dari ketaatan dan kerendahan hati. Yesus menegaskan, “Kita ini hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna; kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan.” (Luk 17:10). Kalimat ini bukan untuk merendahkan martabat manusia, melainkan untuk mengingatkan kita bahwa segala karya pelayanan harus bersumber dari kasih, bukan dari keinginan untuk dipuji.

Kerendahan hati adalah dasar dari pelayanan yang sejati. Seorang murid Kristus tidak mencari kemuliaan diri, tetapi memuliakan Allah melalui kesetiaan dan pengorbanan kecil setiap hari. Dari kerendahan hati inilah lahir semangat pelayanan tanpa pamrih, yang menjadikan kita saksi nyata kasih Kristus di tengah dunia.

PENULIS : MARIA APRILIANDA