Pertemuan Lingkungan Gabriel dengan Pastor Kepala Paroki Keluarga Kudus, Membangun Iman dan Kebersamaan dalam Masa Prapaskah

March 27, 2025

oleh Maria Aprilinda

11 Maret 2025

Pada hari Selasa, 11 Maret 2025, umat Lingkungan Gabriel mengadakan pertemuan bersama Pastor Kepala Paroki Keluarga Kudus, RP Yohanes Thomas Maria Puji Nurcahyo, CM di kediaman Bapak Nicolaus Apin. Pertemuan ini dihadiri oleh umat Lingkungan Gabriel dengan tujuan mempererat kebersamaan serta memperdalam pemahaman iman, khususnya dalam menyambut masa Prapaskah.

Data dan Keaktifan Umat

Lingkungan Gabriel saat ini memiliki sekitar 92 Kepala Keluarga (KK) dengan total 119 umat. Dari jumlah tersebut, sekitar 50 umat aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan, seperti Misa Lingkungan, doa Rosario, Aksi Puasa Pembangunan, dan kegiatan lainnya.

Katekese Masa Prapaskah oleh Romo Puji

Dalam pertemuan ini, Romo Puji memberikan katekese mengenai Masa Prapaskah, yang menekankan pentingnya Pantang dan Puasa, Doa, Amal Kasih, dan Pendalaman Iman.

Keempat aspek ini bukan sekadar kewajiban formalitas, tetapi merupakan wujud kasih sejati kepada Allah, sebagaimana Yesus Kristus sendiri mengajarkan. Pantang dan Puasa tidak hanya sebatas aturan, melainkan berasal dari niat hati untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

Selain itu, Romo juga menyampaikan bahwa penerimaan Abu tidak hanya terbatas pada Hari Rabu Abu, tetapi tetap dapat diterima di luar hari tersebut Pada kondisi dan waktu yang tidak memungkinkan bagi umat untuk menerimanya di hari Rabu abu. Rabu abu sendiri merupakan tanda dari pertobatan yang disungguhi dari niat hati, Rabu abu bukan sekedar sebuah tradisi saja tapi juga mengandung makna terdalam mengenai kehidupan manusia yang berasal dari abu dan kembali kepada abu, makna ini juga mengajak setiap umat dalam masa pertobatan untuk kembali kepada Injil.

Ajaran Iman Katolik: Relasi dengan Allah

Romo Puji menegaskan bahwa ajaran iman Katolik tidak hanya didasarkan pada hukum, tetapi lebih dalam lagi, yaitu relasi pribadi dengan Allah.

Kejatuhan manusia pada dosa asal, sungguh tak bisa terelakkan, dan telah terjadi tapi penyelamatan Allah dalam hal ini tidak berhenti Allah memberikan kita kesempatan lewat penyelamatan-NYA, melalui Gerejanya yang kudus dengan  menghadirkan ketujuh sakramen surgawi

Beberapa poin penting yang dibahas:

  1. Sakramen Ekaristi hanya dapat diterima dalam keadaan berahmat, yakni ketika seseorang tidak berada dalam dosa berat. Dalam hal dosa sendiri manusia sebenarnya tidak luput dari kesalahan atau dosa asal, lalu bagaimanakah caranya agar kita bisa dalam keadaan berahmat kalau pada nyatanya kita berdosa?

Ini menjadi pertanyaan dari beberapa umat yang hadir, katekese yang diberikan Roma Puji menjawab hal ini bahwa pada nyatanya Allah memberikan pengampunan dosa dalam sakramen pertobatan dan tidak hanya itu ini juga terungkap pada saat umat merayakan Misa pada saat perayaan Ekaristi misteri Allah yang kita ungkapkan dalam doa saya mengaku dan dari situlah kita mendapatkan konsolidasi kembali kepada Allah untuk ada dalam keadaan berahmat dan layak menerima ekaristi atau tubuh Kristus sendiri,

 

  1. Dosa memiliki tingkatan, yaitu dosa berat dan dosa ringan, yang dikategorikan berdasarkan dampak, konsekuensi, serta intensi yang mendasari tindakan tersebut yang berasal dari niat hati dan sungguh disadari.

 

  1. Pertobatan adalah panggilan setiap pribadi, untuk kembali kepada Allah untuk menuju kepada kekudusan, seperti para Santo dan Santa.
  2. Kekuatan Allah lebih besar dari segala hal di dunia, sehingga umat diajak untuk selalu mengandalkan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Sakramen sebagai Sarana Kehadiran Allah

Romo juga menguraikan tentang tujuh sakramen dalam Gereja Katolik, yang merupakan perantara Allah dalam menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia:

  1. Sakramen Baptis – Air

Melalui air Baptis, manusia dibersihkan dari segala dosa asal dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah yang hidup. Air menjadi tanda keadilan Allah yang berkenan menyelamatkan umat manusia dan mengangkatnya menjadi bagian dari keluarga besar kerajaan Allah. Dalam Baptisan, kita dipersatukan dengan Kristus dan dipanggil untuk hidup dalam terang iman. Dalam sakramen pembaptisan (semua orang diperbolehkan membaptis dalam keadaan memenuhi syarat dan ketentuan serta dalam keadaan darurat bahaya maut).

 

  1. Sakramen Ekaristi – Roti dan Anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus.

Dalam Ekaristi, roti dan anggur bukan sekadar lambang, tetapi benar-benar menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Melalui sakramen ini, umat menerima kehadiran nyata Kristus yang memberi kehidupan dan menjadi sumber kekuatan rohani. Ekaristi adalah pusat kehidupan iman Katolik, di mana Kristus sendiri hadir untuk menyertai umat-Nya dalam perjalanan hidup.

 

  1. Sakramen Krisma dan Pengurapan Orang Sakit – Minyak sebagai tanda penyembuhan dan penguatan.

Minyak dalam Sakramen Krisma melambangkan penerimaan Roh Kudus, yang menguatkan umat dalam iman dan panggilan mereka sebagai saksi Kristus.

Sementara itu, dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit, minyak menjadi sarana penyembuhan dan penguatan, menghadirkan Kristus sendiri kepada mereka yang berada dalam penderitaan, penyakit, dan menghadapi sakratul maut/ dalam bahaya maut.

 

  1. Sakramen Tobat – Melalui iman dan pengakuan dosa dalam perantaraan Allah melalui Imam.

Melalui Imam, umat beriman mengalami kehadiran Allah yang nyata dalam pengampunan dosa. Sakramen ini menjadi jalan pembebasan, di mana setiap orang dapat kembali kepada Allah dengan hati yang bersih dan hidup dalam rahmat-Nya. Kasih dan belas kasih Allah selalu terbuka bagi mereka yang bertobat dengan tulus.

 

  1. Sakramen Perkawinan – Kedua Mempelai sebagai Media Kasih Allah menjadi tanda kasih Allah di tengah dunia.

Dalam Sakramen Perkawinan, Allah hadir melalui kedua mempelai yang dipanggil untuk menghidupi kasih Allah dalam kehidupan nyata. Perkawinan bukan hanya ikatan manusiawi, tetapi juga panggilan suci untuk membangun keluarga yang kudus. Suami dan istri menjadi saksi kehadiran Allah dalam keluarga Katolik, menghadirkan kasih, kesetiaan, dan kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah.

 

  1. Sakramen Imamat – Imam sebagai Keberlanjutan Dasar Para Rasul

Sakramen Imamat adalah panggilan khusus dari Allah untuk melanjutkan karya keselamatan-Nya di dunia. Imam adalah perpanjangan tangan Allah dalam menggembalakan umat-Nya. Dalam Gereja Katolik yang satu, kudus, katolik, dan apostolik, sakramen ini menjadi keberlanjutan dari para rasul, di mana di mana Petrus berada, di situlah Gereja berada. Imam dipanggil untuk mengasihi Allah dan umat-Nya, melayani dengan setia, serta menjaga keutuhan iman Gereja.

 

Kesimpulan

Sakramen bukan sekadar upacara, tetapi tanda nyata kehadiran dan kasih Allah dalam kehidupan kita. Melalui setiap sakramen, Allah mengundang umat-Nya untuk semakin dekat dengan-Nya, bertumbuh